YPI - ALAZHAR TKI AL AZHAR 14 Diknas Kota SMG SDI ALAZHAR 14 SMPI ALAZHAR 14

Wednesday, April 2, 2008

Mengembalikan Pendidikan Sebagai Prioritas Peradaban Bangsa

Sumber Republika Rabu, 19 Maret 2008

Mengembalikan Pendidikan Sebagai Prioritas Peradaban Bangsa



Oleh: Ervan Nugroho Rahmadi
SMP Smart Ekselensia Indonesia
Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa, Bogor

Pendidikan merupakan parameter yang mutlak untuk melihat kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Kita telah mengenal peradaban-peradaban bangsa dari peradaban zaman purba, peradaban Timur Tengah dan peradaban dunia modern.

Pendidikan sebagai binnaul ummah generasi muda kita, telah mencapai taraf baru. Indikatornya dengan bermunculannya sekolah berstandar internasional, sekolah unggulan, dan sekolah terpadu. Sekolah dan civitas akademika yang hidup didalamnya, akan saling berinteraksi di kehidupan ilmiah.




Siswa dengan seragam yang dikenakannya, merupakan simbol perjuangan dalam meraih predikat manusia berilmu, manusia berakhlak dan bermartabat. Guru dengan seragam dinasnya, merupakan simbol 'ulama' yang mengkaji ilmu dan menyebarluaskan untuk generasi baru. Pemerintah dengan tanggung jawab dan program kerjanya berjuang untuk memberikan kemudahan, pengayoman, dan melindungi martabat serta kemajuan pendidikan bangsa.

Setiap tahun, masyarakat baik siswa, guru, pemerintah, berhak untuk berevaluasi atas pendidikan di Negara kita, sudahkah mencapai taraf memajukan negara di ranah positif ataukah masih jalan di tempat. Kita boleh melihat pengalaman negara Amerika Serikat yang meninjau kembali seluruh kurikulum sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah perguruan tinggi, meninjau kualitas guru, meninjau mata pelajaran, meninjau proses seleksi siswa, meninjau sistem evaluasi pembelajaran. Semua dilakukan oleh AS ketika Unisoviet berhasil meluncurkan satelit Spotnic, 4 oktober 1957.

Sebuah tamparan yang sangat keras bagi AS di saat perang dingin terjadi. Amerika berani mengambil revolusi dengan risiko yang sangat tinggi. Namun, usaha yang berisiko ini membuakan hasil yang luar biasa, Amerika Serikat berhasil meluncurkan manusia pertama yang menginjak bulan dengan satelitnya pada 14 juli 1969. Tidak jauh beda dengan negara Jepang pascaledakan bom atom di dua kota di tahun 1945. Negara yang kalah perang ini mengambil risiko dengan membangun kembali pendidikan dan ekonominya. Alhasil, Jepang menjadi negara dengan pendidikan yang maju dan ekonomi yang dapat mempengaruhi ekonomi dunia saat ini.

Kita bisa lihat dua negara yang berpikir positif. Pemerintah, siswa, dan guru yang bekerja bersama untuk kemajuan bangsa akhirnya dapat tercapai. Bagaimana dengan negara kita yang merdeka di tahun 1945? Namun, hingga detik ini tingkat kemiskinan, pengangguran, dan buta aksara masih ada. Menjadi perhatian besar, apakah kita berani mengambil risiko seperti dua negara tadi untuk memprioritaskan pendidikan dan ekonomi negara Indonesia. Civitas akademika perlu untuk kembali menggelorakan semangat diri dalam pendidikan kita. Pemerintah memerlukan keberanian dalam menyikapi pendidikan saat ini/ Program internet masuk sekolah dan desa-desa bukan hal yang seluruhnya positif, itu belum merupakan parameter keberhasilan pendidikan kita.

Ambigu target pendidikan kita
Pekerjaan rumah yang saat ini perlu untuk disikapi dengan benar adalah mengembalikan pendidikan sebagai prioritas peradaban bangsa Indonesia. Keberanian untuk mengevaluasi bagaimana mata pelajaran sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah kejuruan dan perguruan tinggi, apakah perlu pengurangan ataukah target output sekolah perlu dibenahi. Kita rasa bukan lulus ujian nasional sebagai target kita, namun kualitas pendidikan, kualitas ilmu sesuai tingkatan sekolah saat ini.

Kita rasa, belum semua 'masyarakat pendidikan' tahu dan paham apa makna sekolah dan goal setting pemerintah atas pendidikan di negara ini. Jika negara Amerika Serikat dan Jepang jelas. Mereka memiliki target untuk memajukan negara di bidang ekonomi, pendidikan, dan teknologi dengan meluncurkan satelit.

Negara besar, adalah negara yang siswanya pun menyadari makna sekolah, guru menyadari bahwa ia adalah tokoh besar untuk negara. Enam puluh tahun lebih kemerdekaan kita, selayaknya perlu untuk berani merevolusi pendidikan dan ekonomi bangsa.
( )